Aug 9, 2010

Menyibak Coban Pawon

Petualangan saya dan Mekedel berlanjut. Setelah puas muter-muter di kebun teh, maka kami menuju target berikutnya yakni air terjun yang katanya jarang dijamah orang. Nah lho? Tambah penasaran. Hal ini bermula saat kami berada di kebun teh, kami mencari-cari air terjun yang katanya lebih besar dan lebih tinggi dari coban Bedhug. Namun dicari hingga nyaris ke puncak kebun teh tidak ketemu. Akhirnya, kami mencari informasi mengenai keberadaan air terjun yang membuat saya dan Mekedel makin penasaran. Setelah bertanya ke sana kemari, akhirnya kami diberi rute oleh informan di kebun teh. Pokoknya kami harus turun bukit dan jaraknya sekitar 7 kilometer. Eidan tenan! Tapi berhubung kami ngebet ingin tahu, akhirnya kami berangkat juga menuju ke sana.

Tak mudah menemukan lokasi yang dimaksud, malahan kami sempat tersesat lantaran keraguan informasi. Namun, kami santai saja mencari lokasi tersebut apalagi jalanan yang menurun membuat kami bermain layaknya rollercoaster. Teriak-teriak tak karuan, saking kencang dan senangnya. Akhirnya, selama kurang lebih 1 jam cari informasi, kami menemukan juga lokasi tersebut. Lega!

Namun, bukan tanpa masalah lagi. Kali ini kami sungguh apes lantaran tidak ada yang bisa mengantarkan kami ke lokasi. Apalagi medannya yang sangat susah. Setelah menimbang kembali, kami akhirnya ditawari oleh pak Si’i, seorang warga setempat yang kebetulan mempunyai ladang di dekat lokasi. Kamipun menitipkan motor di rumah beliau. Sebagai info, Coban Pawon berada di daerah Kertowono, lebih tepatnya di desa Wangkit.Titik lokasi tepatnya berada di perbatasan desa Dadapan dan desa Wangkit.

Pak Si’i asik juga orangnya. Ngobrol apapun nyambung meskipun notebenenya orang desa. Selama perjalanan pun kami mengobrol terus dengan beliau. Medan yang sangat susah tak kami hiraukan karena melihat beliau penuh bersemangat mengantar kami. Dari arah perbatasan tadi, jarak menuju ke lokasi air terjun sekitar 1,5 kilometer. Naik turun bukit menjadi ciri khas track menuju ke lokasi. Bahkan, sebelum tiba di lokasi air terjun, medannya juga lumayan curam yakni sekitar 45 derajat. Gila! Kami pun harus berpegangan hanya dengan pohon-pohon kecil dan daun pisang yang sudah lapuk. Grrrr…

Tampak dari atas, coban Pawon seperti tungku, air yang jatuh dari ketinggian sekitar 15 meter menimpa lubang gua yang ada di bawahnya. Sehingga terlihat sangat indah dan menakjubkan. Dari arah kejauhan, bentuk pawon tersebut sangatlah jelas terlihat detailnya. Terlebih jika masuk ke dalam gua yang berdiameter sekitar 6 meter, maka kita dapat menikmati air yang diterpa angin. Sungguh mengasyikkan.

Salah satu air terjun yang harus dikunjungi dari sekian air terjun yang ada di Lumajang adalah Coban Pawon atau biasa disebut Antrukan Pawon. Lokasinya yang masih alami dan jarang terjamah oleh orang memberikan pengalaman yang tak terlupakan.”


Dedaunan hijau dengan tanaman khas pegunungan juga dapat dinikmati di sisi kanan kiri air terjun. Di bawah air terjun terdapat sungai yang mengalir menuju hilir. Tatanan alami bebatuan juga menjadi lukisan alam yang berdampingan langsung dengan sungai. Meski secara keseluruhan medannya cukup sulit, namun hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi siapa saja yang ingin menikmati air terjun yang tinggi dan besar ini. Terima kasih, Pak Si’i, kami takkan melupakan jasamu yang telah mengantarkan kami menemukan air terjun yang sangat indah itu. []

No comments: