Aug 31, 2010
Sebuah Instalasi Cerita: Uang?!
Aug 30, 2010
Foto Bulan Ini v.08.io
Aug 29, 2010
Hancurkan Arogansi Malingsia!
Kalau kita lapar, itu biasa
Kalau kita malu, itu juga biasa
Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang ajar!
Kerahkan pasukan ke Kalimantan, hajar cecunguk Malayan itu!
Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak oleh Malaysia keparat itu
Doakan aku, aku kan berangkat ke medan juang sebagai patriot Bangsa, sebagai martir Bangsa dan sebagai peluru Bangsa yang tak mau diinjak-injak harga dirinya.
Serukan, serukan ke seluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan kehinaan ini. Kita akan membalas perlakuan ini dan kita tunjukkan bahwa kita masih memiliki gigi yang kuat dan kita juga masih memiliki martabat.
Yoo…ayoo… kita… Ganyang…
Ganyang… Malaysia
Ganyang… Malaysia
Bulatkan tekad
Semangat kita baja
Peluru kita banyak
Nyawa kita banyak
Bila perlu satu (lawan) satu!
Aug 17, 2010
Aug 16, 2010
Ngabuburit Sore
Aug 15, 2010
Aug 14, 2010
Eat, Pray, Love
Sebagai info, film ini menceritakan tentang Gilberth yang diperankan oleh aktris cantik Julia Robert. Gilberth adalah seorang jurnalis yang resah mencari makna hidup. Dan pada perkembangannya, dia telah memiliki semuanya, termasuk suami, rumah dan karir. Namun, bukanlah kebahagiaan yang dia raih, melainkan keresahan yang semakin mendalam. Apalagi setelah bercerai dari suaminya sehingga dia sangat depresi dan mengalami hari-hari yang sangat kritis. Untuk memulihkan keadaannya, maka dia mengambil langkah yang sangat ekstrem. Dia ingin menenangkan diri dengan berpetualangan ke penjuru dunia. Dia rela meninggalkan pekerjaan dan orang-orang yang dicintainya selama ini. Dia meninggalkan segala hal yang telah diperoleh.
Aug 10, 2010
Happy Ramadhan 1431 H
Aug 9, 2010
Menyibak Coban Pawon
Petualangan saya dan Mekedel berlanjut. Setelah puas muter-muter di kebun teh, maka kami menuju target berikutnya yakni air terjun yang katanya jarang dijamah orang. Nah lho? Tambah penasaran. Hal ini bermula saat kami berada di kebun teh, kami mencari-cari air terjun yang katanya lebih besar dan lebih tinggi dari coban Bedhug. Namun dicari hingga nyaris ke puncak kebun teh tidak ketemu. Akhirnya, kami mencari informasi mengenai keberadaan air terjun yang membuat saya dan Mekedel makin penasaran. Setelah bertanya ke sana kemari, akhirnya kami diberi rute oleh informan di kebun teh. Pokoknya kami harus turun bukit dan jaraknya sekitar 7 kilometer. Eidan tenan! Tapi berhubung kami ngebet ingin tahu, akhirnya kami berangkat juga menuju ke sana.
Tak mudah menemukan lokasi yang dimaksud, malahan kami sempat tersesat lantaran keraguan informasi. Namun, kami santai saja mencari lokasi tersebut apalagi jalanan yang menurun membuat kami bermain layaknya rollercoaster. Teriak-teriak tak karuan, saking kencang dan senangnya. Akhirnya, selama kurang lebih 1 jam cari informasi, kami menemukan juga lokasi tersebut. Lega!
Pak Si’i asik juga orangnya. Ngobrol apapun nyambung meskipun notebenenya orang desa. Selama perjalanan pun kami mengobrol terus dengan beliau. Medan yang sangat susah tak kami hiraukan karena melihat beliau penuh bersemangat mengantar kami. Dari arah perbatasan tadi, jarak menuju ke lokasi air terjun sekitar 1,5 kilometer. Naik turun bukit menjadi ciri khas track menuju ke lokasi. Bahkan, sebelum tiba di lokasi air terjun, medannya juga lumayan curam yakni sekitar 45 derajat. Gila! Kami pun harus berpegangan hanya dengan pohon-pohon kecil dan daun pisang yang sudah lapuk. Grrrr…
“Salah satu air terjun yang harus dikunjungi dari sekian air terjun yang ada di Lumajang adalah Coban Pawon atau biasa disebut Antrukan Pawon. Lokasinya yang masih alami dan jarang terjamah oleh orang memberikan pengalaman yang tak terlupakan.”
Dedaunan hijau dengan tanaman khas pegunungan juga dapat dinikmati di sisi kanan kiri air terjun. Di bawah air terjun terdapat sungai yang mengalir menuju hilir. Tatanan alami bebatuan juga menjadi lukisan alam yang berdampingan langsung dengan sungai. Meski secara keseluruhan medannya cukup sulit, namun hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi siapa saja yang ingin menikmati air terjun yang tinggi dan besar ini. Terima kasih, Pak Si’i, kami takkan melupakan jasamu yang telah mengantarkan kami menemukan air terjun yang sangat indah itu. []
Permadani Hijau di Gucialit
Setelah berkemas, kami berangkat sekitar pukul 13.00 wib, sungguh waktu yang kurang tepat untuk jalan-jalan. Selain panas, jaraknya juga lumayan jauh sehingga memakan waktu. Meski begitu, kami nekad saja berangkat. Berbekal tas, botol air minum yang sudah terisi dan tentunya kamera digital. Sekitar 1 jam kami tiba di Agrowisata Kebun Teh Gucialit. Hawanya pun berganti, kali ini cukup sejuk dan segar. Tidak seperti selama perjalanan yang cukup menyengat.
Jika naik ke atas lagi maka kita dapat menikmati kota Lumajang dari puncak perbukitan yang tentunya ditemani hamparan kebun teh. Di sini akan terasa berada di atas kota Lumajang, karena hampir kawasan yang ada di bawah kebun teh tampak jelas terlihat. Sungguh liburan yang sangat menyenangkan. Dan siang itu juga kami harus menyudahi jalan-jalan di kebun teh untuk melanjutkan ke target berikutnya. []
Bercericak dengan Bebatuan Alam
Sekitar pukul 12.00 wib, kami sudah tancap gas meninggalkan Kunir menuju ke ujung barat Lumajang. Jarak dari pusat kota Lumajang memang terbilang cukup jauh karena berada di perbatasan Lumajang-Malang bagian selatan. Tepatnya berada di desa Sidomulyo, Kecamatan Pronojiwo yang merupakan daerah lereng Semeru. Jarak yang jauh itu kami tempuh sekitar 1,5 jam perjalanan naik motor secara ngebut (hehehehe…)
Tak sulit menemukan lokasi Goa Tetes ini, karena aksesnya berada di pinggir jalan besar yang menghubungkan Lumajang-Malang. Dari jalan besar, jarak menuju ke lokasi tiket dan parkir kendaraan sekitar 1 kilometer. Sementara dari lokasi tiket menuju ke titik Goa Tetes sekitar 3 kilometer. Dan untuk menuju ke Goa Tetes tersebut harus berjalan kaki. Dengan jalanan yang menurun khas perbukitan, Anda takkan menyesal jika sampai di bawah. Meski terbilang cukup melelahkan, terlebih jika dalam perjalanan pulang karena harus merangkak naik namun semua itu tak sebanding dengan keeksotikan Goa Tetes yang benar-benar menakjubkan.
Jika mengalami kelelahan selama perjalanan menuju ke Goa Tetes yang lokasinya berada di bawah, jangan khawatir karena pada titik-titik tertentu terdapat warung-warung kecil yang siap melayani Anda dengan minuman dan makanan ringan. Hal ini juga dapat dijumpai di bagian bawah sebelum masuk ke area Goa Tetes.
Bila Anda semakin penasaran dengan keindahan Goa Tetes, maka berkunjunglah ke sana. Hanya dengan tiket Rp. 1500, Anda dapat menikmati panorama alam surga khas bumi. []
Aug 8, 2010
Kampung Batik ala Lumajangan
Perjalanan panjang saya bersama Rois dimulai dari kampung batik Lumajang. Meski awalnya sempat kesulitan karena mengatur jadual agenda namun akhirnya kami bisa melihat langsung proses pembuatan dan hasil jadi batik Lumajang. Jujur, ini bukan agenda awal tapi kami tak menyesal jika bertandang ke kampung ini. Lokasinya memang lumayan jauh dari perjalanan awal kami, namun karena niatan ya jadilah mampir.
Nama kampung batik tersebut adalah Bentengrejo, Kunir Kidul. Memang tak sekenal batik Laweyan, Solo, namun mempunyai sejarah tersendiri bagi perkembangan batik di Lumajang. Perintis dan tokoh batik ini adalah pak Munir, seorang guru yang mengajar di salah satu SD di kecamatan tersebut. Berawal dari latar belakangnya yang memang hobi membatik, maka terbentuklah kelompok batik Makarti Jaya yang kini sudah mempunyai 7 kelompok usaha. Seperti yang diceritakan oleh sang tokoh, pada awalnya banyak tantangan yang dihadapi. Salah satunya adalah tak ada standarisasi corak batik Lumajang sehingga menyulitkan untuk pemasaran, bahkan ada kendala-kendala kecil di lingkungannya. Namun karena sudah niat dan ingin membantu pemuda desa agar tak jadi pengangguran, lambat laut usaha ini menampakkan hasil.
Selain membatik di kain khusus, ada juga di kain paris dan sutera. Harganyapun beragam mulai dari 150 ribu hingga jutaan. Hal tersebut tergantung motif, warna dan jenis kain. Batik yang dihasilkan bukan hanya batik tulis namun juga ada batik cap yang tentu harganya lebih murah. Berapapun harganya takkan sebanding dengan mahakarya yang begitu indah dan menawan. Begitulah pesan tersirat dari tokoh batik Lumajang ini. Satu keinginan beliau: saya ingin membuat katalog dan memamerkan batik Lumajang agar lebih dikenal. Haik! Bravo, Pak! []